Tugu
Proklamasi (Monumen Kebulatan Tekad)
1.
Sejarah
Tugu Proklamasi atau
dikenal dengan sebutan Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok ini berupa sebuah
tugu dengan teks Proklamasi pada dinding depannya. Menyangga bola bertulis 17
Aug 1945 yang menjadi landasan tangan mengepal lambang bulatnya tekad.
Disekeliling tugu ada tugu bintang dan tugu bendera merah putih. Dibelakang
tugu ada dinding beton dengan relief yang menggambarkan peristiwa di sekitar
Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, utamanya terkait dengan apa yang
kemudian dikenal dengan nama peristiwa Rengasdengklok.
Lokasi Monumen Kebulatan Tekad ini sebelumnya merupakan
markas PETA (Pembela Tanah Air). Ditempat inilah Soekarno dan Hatta diminta
oleh para pemuda untuk mempercepat proklamasi, namun mereka menolak.
Monumen Kebulatan Tekad menjadi saksi bahwa pada 16 Agustus
1945, sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, sudah dilangsungkan upacara
pengibaran bendera merah putih ditempat ini.
Monumen kebulatan Tekad dibangun pada tahun 1950 telah
menghabiskan dana/biaya sebesar Rp. 17.500 pada masanya. Yang membangun monumen
tersebut adalah kapten Suryana, Raden Masrin, Baratam, dan Dulhamad (seorang
pejuang).
Dulhamad telah dipercaya untuk mengurusi monumen Kebulatan
Tekad selama masa mengabdinya sebagai pejuang. Dan sekarang Monumen tersebut
diurusi oleh anak dan para cucu dari Dulhamad.
2.
Luas
wilayah
Area
dari Tugu Proklamasi memiliki luas wilayah ±55 meter X 3 Meter
3.
Sarana dan
prasarana
Disekitar
Tugu Proklamasi atau Monumen Kebulatan Tekad, terdapat taman dan pendopo.
4.
Kegiatan
Tugu
Proklamasi merupakan sebagai tempat untuk mengenang para pejuang Indonesia yang
telah memerdekaan Kedaulatan, maka dari itu setiap pengunjung yang datang ke
tempat ini mereka hanya ingin tahu sejarah dari Tugu Proklamasi tersebut, melalui penelitian, observasi,
karya ilmiah, dan lain sebagainya untuk mendapatkan sebuah informasi yang
mereka butuhkan.
5.
Pengunjung
Karena
tempat ini sebagai tempat bersejarah, jadi pengunjung yang datang dari kalangan
pelajar, mahasiswa, pejabat daerah sampai pejabat Negara pun pernah mengunjungi
Tugu Proklamasi. Tidak hanya itu kalangan artis pun pernah mengunjungi Tugu
Proklamasi untuk berlibur dan mencari informasi.
Tugu
Proklamasi/Monumen Kebulatan Tekad erat kaitanya dengan rumah babah Djiaw Kie
Siong. Yang kami peroleh informasinya dari bapak Indris selaku pengurus dari
Monumen Kebulatan Tekad, dan berhasil kami temukan lokasi rumahnya beberapa saat
kemudian. Rupanya untuk alasan keamanan, Soekarno dan Hatta dikawal Pergi menuju
kesebuah rumah yang agak terpisah dari rumah-rumah lain yang berada di dekat
sungai citarum. Rumah ini dimiliki oleh (alm) babah Djiaw Kie Siong. Bung Karno
dan Hatta minta izin untuk bermalam di rumah tersebut, ada hal unik menurut
penuturan Ibu Iin cucu dari Babah Djiaw yang beliau ceritakan pada kami,
Katanya, kong (sebutan orang Cina) ini belum tahu bahwa Soekarno dan Hatta
Adalah calon Presiden. Selama rumah kong dikerumungi orang luar dari Jakarta
maka keluarga kong mengungsi kerumah saudaranya, sampai Merdeka di gemuruhkan
kong pun belum tahu.
Di rumah persinggahan inilah Bung karno menulis teks
Proklamasi bersama Bung Hatta. Bung Karno membawa Fatmawati dan anak pertamanya
Guruh Soekarno Putra.
Pada 1957, rumah tersebut dipindahkan ke lokasi yang sekarang
ini karena terancam abrasi sungai Citarum.
Diatas
sebuah meja di rumah babah Djiaw Kie Siong terdapat buku tamu dan beberapa buah
foto koleksi keluarga. Dirumah Babah Djiaw Kie Siong ada replica tempat tidur
yang pernah dipakai oleh bung karno untuk beristirahat pada peristiwa
Rengasdengklok. Tempat tidur yang asli telah dibawa atas perintah Mayor Jendral
Ibrahim Adjie, yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi,
untuk ditempatkan di Museum Tentara di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar