Sabtu, 11 April 2015

Sejarah Tugu Proklamasi Dan Rumah Persinggahan Soekarno


Tugu Proklamasi (Monumen Kebulatan Tekad)
1.      Sejarah
Tugu Proklamasi atau dikenal dengan sebutan Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok ini berupa sebuah tugu dengan teks Proklamasi pada dinding depannya. Menyangga bola bertulis 17 Aug 1945 yang menjadi landasan tangan mengepal lambang bulatnya tekad. Disekeliling tugu ada tugu bintang dan tugu bendera merah putih. Dibelakang tugu ada dinding beton dengan relief yang menggambarkan peristiwa di sekitar Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, utamanya terkait dengan apa yang kemudian dikenal dengan nama peristiwa Rengasdengklok.
Lokasi Monumen Kebulatan Tekad ini sebelumnya merupakan markas PETA (Pembela Tanah Air). Ditempat inilah Soekarno dan Hatta diminta oleh para pemuda untuk mempercepat proklamasi, namun mereka menolak.
Monumen Kebulatan Tekad menjadi saksi bahwa pada 16 Agustus 1945, sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, sudah dilangsungkan upacara pengibaran bendera merah putih ditempat ini.
Monumen kebulatan Tekad dibangun pada tahun 1950 telah menghabiskan dana/biaya sebesar Rp. 17.500 pada masanya. Yang membangun monumen tersebut adalah kapten Suryana, Raden Masrin, Baratam, dan Dulhamad (seorang pejuang).
Dulhamad telah dipercaya untuk mengurusi monumen Kebulatan Tekad selama masa mengabdinya sebagai pejuang. Dan sekarang Monumen tersebut diurusi oleh anak dan para cucu dari Dulhamad.

2.      Luas wilayah
Area dari Tugu Proklamasi memiliki luas wilayah ±55 meter X 3 Meter

3.      Sarana dan prasarana
Disekitar Tugu Proklamasi atau Monumen Kebulatan Tekad, terdapat taman dan pendopo.
4.      Kegiatan
Tugu Proklamasi merupakan sebagai tempat untuk mengenang para pejuang Indonesia yang telah memerdekaan Kedaulatan, maka dari itu setiap pengunjung yang datang ke tempat ini mereka hanya ingin tahu sejarah dari Tugu Proklamasi  tersebut, melalui penelitian, observasi, karya ilmiah, dan lain sebagainya untuk mendapatkan sebuah informasi yang mereka butuhkan.

5.      Pengunjung
Karena tempat ini sebagai tempat bersejarah, jadi pengunjung yang datang dari kalangan pelajar, mahasiswa, pejabat daerah sampai pejabat Negara pun pernah mengunjungi Tugu Proklamasi. Tidak hanya itu kalangan artis pun pernah mengunjungi Tugu Proklamasi untuk berlibur dan mencari informasi.

Tugu Proklamasi/Monumen Kebulatan Tekad erat kaitanya dengan rumah babah Djiaw Kie Siong. Yang kami peroleh informasinya dari bapak Indris selaku pengurus dari Monumen Kebulatan Tekad, dan berhasil kami temukan lokasi rumahnya beberapa saat kemudian. Rupanya untuk alasan keamanan, Soekarno dan Hatta dikawal Pergi menuju kesebuah rumah yang agak terpisah dari rumah-rumah lain yang berada di dekat sungai citarum. Rumah ini dimiliki oleh (alm) babah Djiaw Kie Siong. Bung Karno dan Hatta minta izin untuk bermalam di rumah tersebut, ada hal unik menurut penuturan Ibu Iin cucu dari Babah Djiaw yang beliau ceritakan pada kami, Katanya, kong (sebutan orang Cina) ini belum tahu bahwa Soekarno dan Hatta Adalah calon Presiden. Selama rumah kong dikerumungi orang luar dari Jakarta maka keluarga kong mengungsi kerumah saudaranya, sampai Merdeka di gemuruhkan kong pun belum tahu.
Di rumah persinggahan inilah Bung karno menulis teks Proklamasi bersama Bung Hatta. Bung Karno membawa Fatmawati dan anak pertamanya Guruh Soekarno Putra.
Pada 1957, rumah tersebut dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini karena terancam abrasi sungai Citarum.
Diatas sebuah meja di rumah babah Djiaw Kie Siong terdapat buku tamu dan beberapa buah foto koleksi keluarga. Dirumah Babah Djiaw Kie Siong ada replica tempat tidur yang pernah dipakai oleh bung karno untuk beristirahat pada peristiwa Rengasdengklok. Tempat tidur yang asli telah dibawa atas perintah Mayor Jendral Ibrahim Adjie, yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Divisi Siliwangi, untuk ditempatkan di Museum Tentara di Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar