Kamis, 24 Oktober 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 (Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin)

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 

Perjalanan sebagai calon guru penggerak telah sampai pada tahap yang penting, yaitu tentang bagaimana kita membuat keputusan yang tepat dalam peran sebagai pemimpin pembelajaran. Sejak memulai, banyak pelajaran dan wawasan baru yang kita peroleh, mulai dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara hingga penerapan merdeka belajar. Semua ini membantu kita menjadi pemimpin yang lebih baik di kelas.

Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan adalah proses yang membimbing anak agar dapat mengembangkan semua potensinya. Sebagai guru, kita bertugas menuntun, bukan memaksakan. Filosofi beliau, yang dikenal dengan istilah Pratap Triloka, mengajarkan kita untuk menjadi teladan di depan, membangun motivasi di tengah, dan memberi dukungan di belakang.

Dalam pengambilan keputusan, kita perlu selalu berpikir tentang apa yang terbaik bagi murid. Keputusan kita tidak hanya harus bijaksana, tetapi juga berpihak pada anak, memberi ruang bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang.

Bujukan Moral vs. Dilema Etika

Dalam praktik sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang membutuhkan keputusan cepat. Terkadang, kita hanya perlu memilih antara yang benar dan salah—ini disebut sebagai bujukan moral. Namun, ada juga saat-saat di mana kita dihadapkan pada dilema, di mana kedua pilihan sama-sama benar, tetapi bertentangan satu sama lain. Inilah yang disebut dilema etika.

Empat Paradigma Pengambilan Keputusan

Ketika menghadapi dilema etika, kita dapat menggunakan empat paradigma untuk membantu proses pengambilan keputusan:

  1. Individu vs. Masyarakat - Keputusan yang baik untuk individu, tetapi mungkin tidak baik untuk masyarakat, atau sebaliknya.
  2. Keadilan vs. Kasihan - Antara memberikan keadilan secara tegas atau menunjukkan belas kasihan.
  3. Kebenaran vs. Kesetiaan - Pilihan antara berkata jujur atau tetap setia kepada seseorang.
  4. Jangka Pendek vs. Jangka Panjang - Antara solusi yang memberikan manfaat sekarang atau yang bermanfaat di masa depan.

Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan

Dalam menghadapi pilihan sulit, ada tiga prinsip yang dapat membantu:

  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir - Pertimbangkan apa dampak dari keputusan yang diambil.
  2. Berpikir Berbasis Peraturan - Ikuti aturan yang berlaku.
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli - Pikirkan bagaimana keputusan kita mempengaruhi orang lain.

Langkah-Langkah Mengambil Keputusan yang Bijaksana

Untuk memastikan bahwa keputusan yang kita buat tepat, ada sembilan langkah yang bisa kita ikuti:

  1. Kenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan.
  2. Tentukan siapa saja yang terlibat.
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan.
  4. Uji apakah keputusan ini benar atau salah.
  5. Uji apakah keputusan ini termasuk dilema etika.
  6. Gunakan prinsip resolusi untuk menyelesaikan dilema.
  7. Pertimbangkan opsi lain yang mungkin.
  8. Ambil keputusan.
  9. Refleksikan kembali keputusan yang sudah diambil.

Coaching dan Pengambilan Keputusan

Teknik coaching bisa sangat membantu dalam proses ini. Dengan coaching, kita bisa menggali potensi terbaik dalam diri kita dan orang lain, serta mencari solusi bersama untuk menghadapi dilema etika yang ada.

 

Dengan kesempatan ini, saya ingin berbagi pemikiran mengenai tugas dari Modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Dalam tugas ini, terdapat 14 pertanyaan yang akan saya bahas satu per satu.

1.      Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pandangan Ki Hajar Dewantara dan Filosofi Pratap Triloka dalam Pengambilan Keputusan Filosofi Pratap Triloka yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara—ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dukungan)—sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai guru, kita harus menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi dan kodrat masing-masing. Tugas kita adalah menuntun mereka dengan memberikan kebebasan agar mereka dapat berkembang secara mandiri. Dengan pendekatan ini, pengambilan keputusan yang bijaksana dan berpihak kepada murid akan terjadi, serta berdampak positif bagi proses pembelajaran mereka. Guru sebagai pemimpin perlu mempertimbangkan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan yang tepat, termasuk dengan menggunakan empat paradigma, tiga prinsip penyelesaian dilema, serta sembilan langkah pengambilan keputusan.

2.      Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Pengaruh Nilai-Nilai Terhadap Pengambilan Keputusan Nilai-nilai yang kita miliki, seperti etika dan moral, sangat mempengaruhi keputusan yang kita ambil. Kesadaran akan nilai-nilai kebaikan, tanggung jawab, dan kejujuran menjadi landasan kita dalam menghadapi dilema etika. Dalam pengambilan keputusan, terdapat tiga prinsip yang membantu: berpikir berdasarkan hasil akhir, aturan, dan rasa peduli. Sebagai Guru Penggerak, kita harus memegang nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih tepat dan memiliki dampak positif bagi murid, dengan memperhatikan nilai-nilai dan prinsip institusi.

3.      Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Peran Coaching dalam Pengambilan Keputusan Proses pembimbingan yang telah dilakukan oleh fasilitator sangat membantu kita dalam mengevaluasi keputusan yang diambil, apakah sudah berpihak pada murid dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan. Pendekatan coaching memungkinkan guru untuk menggali potensi yang ada pada murid, mendorong mereka untuk menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Dalam konteks pengambilan keputusan, coaching membantu kita mempertimbangkan berbagai opsi dan memprediksi hasil, sehingga keputusan yang diambil menjadi lebih matang dan berdampak pada terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif.

4.      Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Pengaruh Aspek Sosial dan Emosional dalam Pengambilan Keputusan Guru harus memiliki kesadaran akan aspek sosial dan emosional muridnya, serta mampu mengelola emosi sendiri dalam pengambilan keputusan. Kompetensi sosial-emosional seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, dan keterampilan hubungan sosial sangat penting dalam memastikan keputusan yang diambil penuh pertimbangan. Keberanian dan kepercayaan diri juga dibutuhkan untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan yang kita ambil, dengan tetap berpihak pada kepentingan terbaik bagi murid.

5.      Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan Studi Kasus dalam Pengambilan Keputusan Sebagai pemimpin pembelajaran, kita perlu mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi adalah dilema etika atau bujukan moral. Nilai-nilai yang kita anut, seperti inovasi, kolaborasi, dan tanggung jawab, akan memandu kita dalam mengatasi masalah serta membuat keputusan yang tidak hanya bijaksana, tetapi juga bertanggung jawab. Nilai-nilai ini membantu kita bertindak demi kebaikan orang banyak, sambil menjaga prinsip moral kita.

6.      Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Lingkungan Belajar Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dalam menghadapi dilema etika, kita harus menganalisis situasi berdasarkan paradigma, prinsip, dan langkah pengambilan keputusan yang telah dipelajari. Dengan cara ini, keputusan yang diambil akan lebih akurat dan mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak yang terlibat, terutama untuk kebaikan murid.

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan di Lingkungan Sekolah Tantangan dalam pengambilan keputusan sering kali muncul dari kurangnya keterlibatan semua pihak yang berkepentingan atau perbedaan pandangan di antara mereka. Faktor-faktor ini, ditambah dengan budaya kesetiakawanan yang kuat, kadang membuat kita terburu-buru dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma dan keterlibatan yang lebih besar dari seluruh komunitas sekolah.

8.      Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Kemerdekaan Belajar Murid Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik sangat berpengaruh pada murid. Dengan mempertimbangkan kebutuhan murid dan menggunakan prinsip serta langkah pengambilan keputusan yang tepat, kita dapat membantu murid menemukan potensi mereka, sehingga mereka dapat belajar dengan lebih mandiri dan mencapai keselamatan serta kebahagiaan dalam proses pembelajaran mereka.

9.      Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dampak Keputusan Guru terhadap Masa Depan Murid Setiap keputusan yang kita buat dapat mempengaruhi masa depan murid. Jika kita memperhatikan kebutuhan belajar mereka dan memberikan tuntunan yang sesuai, murid akan dapat berkembang secara optimal. Seorang guru yang mampu membuat keputusan tepat tidak hanya mendukung pembelajaran saat ini, tetapi juga membentuk masa depan murid yang lebih baik.

10.   Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari Modul Pengambilan Keputusan Pembelajaran dari modul ini mengajarkan bahwa pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah satu kesatuan dengan modul-modul sebelumnya. Semua berujung pada tujuan yang sama: membebaskan murid dalam belajar, membimbing mereka menuju keselamatan dan kebahagiaan. Sebagai guru, kita harus mampu mengelola aspek sosial dan emosional, serta menggunakan keterampilan coaching untuk membantu murid dan rekan sejawat menghadapi tantangan belajar dengan bijaksana.

11.   Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya memahami bahwa dilema etika sering kali melibatkan situasi di mana nilai-nilai moral bertentangan, sehingga sulit untuk menentukan tindakan yang benar. Bujukan moral merujuk pada pengaruh yang memengaruhi keputusan seseorang, baik dari dalam diri sendiri maupun dari orang lain. Mengenai empat paradigma pengambilan keputusan, mereka sering mencakup pendekatan rasional, intuitif, perilaku, dan situasional. Masing-masing memiliki cara tersendiri dalam mengevaluasi informasi dan memilih alternatif. Tiga prinsip pengambilan keputusan biasanya melibatkan kejelasan tujuan, pertimbangan alternatif, dan evaluasi konsekuensi dari keputusan yang diambil. Sedangkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan mencakup identifikasi masalah, pengumpulan informasi, penilaian alternatif, dan implementasi, antara lain.

Hal-hal yang di luar dugaan bisa muncul dalam bentuk ketidakpastian hasil, dampak jangka panjang dari keputusan, atau faktor emosional yang memengaruhi proses pengambilan keputusan.

 

12.   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menghadapi dilema moral sebagai pemimpin, sering kali mengandalkan insting atau pengalaman pribadi. Setelah belajar, saya memahami pentingnya pendekatan sistematis. Konsep seperti paradigma pengambilan keputusan dan langkah-langkah yang jelas membantu saya menganalisis situasi secara objektif, mempertimbangkan alternatif, dan memahami konsekuensi jangka panjang. Modul ini juga menekankan pengaruh emosional dan moral yang perlu dipertimbangkan.

 

13.   Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep ini berdampak signifikan pada cara saya mengambil keputusan. Sebelum, saya cenderung mengandalkan insting dan pengalaman tanpa struktur yang jelas. Sekarang, saya lebih sistematis dalam menganalisis masalah, menggunakan langkah-langkah pengambilan keputusan yang terdefinisi dengan baik.

Saya juga lebih sadar akan aspek etika dan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Ini membantu saya mengevaluasi alternatif secara lebih komprehensif dan membuat keputusan yang lebih berlandaskan prinsip moral.

 

14.   Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu, pemahaman tentang pengambilan keputusan dan dilema etika membantu saya membuat pilihan yang lebih sadar dan beretika dalam kehidupan sehari-hari. Ini meningkatkan integritas pribadi dan kemampuan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai saya. Sebagai pemimpin, pengetahuan ini sangat krusial. Menghadapi dilema moral dan situasi kompleks memerlukan pendekatan yang sistematis dan beretika. Ini memungkinkan saya untuk memimpin dengan lebih efektif, mempertimbangkan dampak keputusan terhadap tim dan organisasi, serta membangun kepercayaan di antara anggota tim. Secara keseluruhan, modul ini memperkaya wawasan saya dan memperkuat kemampuan saya dalam membuat keputusan yang baik dan beretika.

Terima kasih semoga bermanfaat....

Selasa, 16 Juli 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

oleh :

EZA YUDA PRATAMA

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 11 KAB. KARAWANG

SDN DAWUAN BARAT II


Saya akan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru yang saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1 dan menyampaikan pemahaman saya tentang Koneksi Antar Materi.

Koneksi Antar Materi

Peran seorang pendidik dalam pendidikan  adalah "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Karena pada dasarnya setiap anak telah memiliki kodrat alam atau modal untuk berkembang sesuai potensinya. Dalam hal ini KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun.

Ada dua kerangka dasar penting dari intisari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan yaitu Perubahan dan Pendidikan yang berorientasi pada murid. Poin perubahan terdiri dari 3 kerangka dasar yaitu Kodrat Keadaan, Prinsip melakukan perubahan, dan Apa yang berubah?

Kerangka dasar yang pertama, Kodrat Keadaan. Dalam melakukan suatu perubahan, haruslah disesuaikan dengan kodrat keadaan, yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. “Kodrat alam” terkait dengan tempat dimana anak itu berada. Anak-anak di lingkungan pertanian atau pegunungan tentunya akan memiliki kodrat yang berbeda dari anak-anak di lingkungan pegunungan. Anak-anak di lingkungan dengan dua musim akan berbeda dengan anak-anak di lingkungan dengan empat musim. “Kodrat Zaman” mengacu pada kondisi zaman saat anak itu lahir. Guru harus menyadari bahwa setiap zaman memiliki situasi dan kesulitan yang berbeda, sesuai dengan sifat alam. Waktu yang dihabiskan guru untuk menjadi murid berbeda dengan waktu yang dihabiskan untuk menjadi guru saat ini. Setiap anak itu memiliki karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda sesuai tempat Dimana anak tersebut berada. Meskipun alamnya sama tetapi akan berbeda dari waktu ke waktu. Anak tahun 90an akan berbeda sikap dan karakternya dengan anak tahun 2000an. Maka dari itu Pendidikan harus terus berubah menjawab tuntuan zamannya.

Kerangka dasar yang kedua, tentang prinsip melakukan perubahan. ada yg disebut dengan asas trikon (kontiunitas, konvergensi, konsentris). Dalam menerapkan prinsip melakukan perubahan pertama harus kontiunitas artinya kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam bergerak maju ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat. Yg kedua harus konvergensi artinya pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Yg ketiga konsentris artinya pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pemelajar.

“Apa yang Berubah” adalah pertanyaan dasar yang ketiga dari kerangka dasar perubahan,  adalah budi pekerti maksudnya ada dua kata disini yaitu budi dan pekerti, menurut KHD budi itu cipta, rasa dan karsa (cipta itu pikiran, rasa itu perasaan dan karsa itu kemauan) dan pekerti itu tenaga atau raga. Pendidikan itu holistik dan seimbang tidak bisa timpang. Jika itu dilakukan dengan benar, akan tercipta kesempurnaan moral yang akan menghasilkan generasi muda yang bijak. Oleh karena itu, kebijaksanaan harus menjadi tujuan dari semua disiplin ilmu.

Fokus pada anak di bagian kedua. Pendidik dan pendidikan harus memperlakukan siswa dengan hormat. Dengan kata lain, semua tindakan dilakukan demi kepentingan pendidikan siswa, baik sekarang maupun di masa depan. Pendidik dalam melaksanakan pendidikan haruslah berprinsip pada Budi Pekerti, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan berasaskan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang berarti, Di Depan Menjadi Teladan, di Tengah Membangun Semangat, di Belakang Memberikan Dorongan.

Refleksi

Dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya akan menjawab beberapa Pertanyaan pemantik berikut ini:

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum saya mulai mempelajari Modul 1.1, saya percaya bahwa Murid adalah kertas kosong, sehingga guru dapat bebas memberikan warna apapun sesuai kehendak guru.  Guru dapat memberikan ilmu ke murid dengan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Murid dapat diseragamkan cara belajarnya. Dengan memperhatikan penjelasan guru dan berlatih, murid akan dapat menguasai materi pembelajaran.  Pada pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas saya lebih dominan menguasai kelas. Ketika saya mencoba menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa, saya kurang sabar untuk menunggu anak menemukan ide-idenya.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari Modul 1.1, saya menjadi sadar bahwa anak bukan merupakan kertas kosong yang dapat diwarnai sesuai kehendak guru, masing-masing anak telah memiliki kodrat alam atau modal. Tugas seorang pendidik adalah menuntunnya agar ia dapat mengembangkan kodrat alam tersebut sesuai dengan kodrat zaman agar ia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam mendidik, dapat diibaratkan bahwa pendidik adalah seorang petani dan anak merupakan benih tumbuhan yang akan disemai. Petani tidak bisa memaksakan benih jagung akan tumbuh menjadi padi. Cara merawat setiap benih pun tidak bisa diseragamkan. Ia memiliki keunikan sendiri-sendiri.  Untuk mengembangkan potensinya, seorang anak harus diberikan ruang untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Pendidik harus menciptakan pembelajaran yang terpusat pada anak, agar anak dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Karena pada dasarnya anak bukan objek tetapi subjek, maka pendidik dengan suci hati menghamba pada anak. Guru memberikan tuntunan dan bukan paksaan dalam mendidik.  Pendidik menerapkan trilogi pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dalam menghadapi anak yang berbuat salah atau kurang ada motivasi untuk belajar, tidak boleh menggunakan hukuman fisik, namun dengan menggunakan pendekatan agar anak menyadari kesalahannya, ia juga mengetahui apa resiko dari yang ia lakukan, sehingga ia akan berusaha memperbaiki dirinya.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal yang saya lakukan adalah terus belajar. Sebagai pendidik saya akan berliterasi mencari referensi bagaimana mengembangkan pembelajaran berkualitas yang berpusat pada anak. Selain itu saya berusaha menggali potensi anak dengan mengintensifkan komunikasi antara guru, anak, dan orang tua. Dengan komunikasi yang baik diharapkan kendala yang dihadapi anak dan guru dalam pembelajaran dapat teratasi dengan baik dengan menerapkan prinsip keadilan, artinya tidak merugikan salah satu pihak. Berikutnya saya membuat komitmen/ kesepakatan awal dengan anak dalam proses pembelajaran. Dengan adanya komitmen, semua pihak dapat menjalani proses dengan penuh keikhlasan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran saya akan mengakhiri dengan adanya refleksi untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.

Salah satu aksi nyata yang telah saya laksanakan diantaranya: saya hadir dan keluar kelas sesuai jadwal pelajaran. Melaksanakan pembiasaan berapresiasi, baik kepada siswa dan juga antar siswa. Menerapkan rasa saling asah, asih dan asuh. Pembiasaan sadar untuk saling memaafkan, saling menghormati, bertutur kata dan bersikap sesuai dengan norma dan tata krama. Memperkuat seni budaya lokal dan nasional dalam pembelajaran, diantaranya bersama-sama menyanyikan lagu daerah di setiap awal pembelajaran. Memberikan kebebasan siswa dalam mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka masing-masing. Siswa lebih merdeka dan lebih bahagia mengerjakan tugas tersebut dari apabila mengerjakan tugas yang harus sama semuanya baik cara maupun metode yang digunakan siswa.

Aksi nyata yang saya lakukan untuk sekolah diantaranya adalah: Saya berusaha sebaik mungkin untuk bersikap, bertutur kata, dan berpenampilan sesuai dengan aturan dan tata tertib serta budaya sekolah.

Demikian kesimpulan Koneksi Antar Materi dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang telah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1.

Senin, 15 Juli 2024

Eksplorasi Konsep Modul 1.1

Eksplorasi konsep merupakan salah satu tugas Calon Guru Penggerak dalam Program Pendidikan Guru Penggerak yang ada di LMS..

========================================================================

Assalamulaikum wr.wb saya Eza Yuda Pratama CGP Angkatan 11 dari SDN Dawuan Barat II kabupaten karawang akan menyampaikan pemaknaan dan penghayatan terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Yang pertama intisari dari pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan :

Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan." Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan yg utuh. Pendidikan menjadi landasan pembentukan beradaban bangsa.

inti dari filsafat pendidikan KHD adalah perubahan. Seperti tata surya yang terus bergerak tiada henti, maka dari itu kebudayaan  harus terus dinamis tidak boleh statis artinya kebudayaan harus terus bergerak dalam upaya pemeliharaan kebudayaan. Jika kebudayaan itu terisolasi kebudayaan itu akan menuju kehancuran. Pendidikan pun begitu tidak boleh statis pendidikan harus terus berubah menjawab tuntutan zamannya. Menurut KHD setiap kebudayaan itu tidak ada yg sama, ketika kita melakukan pertukaran kebudayaan itu bukan untuk menyamakan semuanya tapi untuk menguatkan identitas dari masing-masing kebudayaan. Menurut KHD nilai-nilai kemanusiaan adalah sumbu esensi dari kebudayaan. 

Relevansi pemikiran KHD terhadap transformasi pendidikan yang sedang kita lakukan sekarang, filosofi KHD adalah perubahan, ada 3 kerangka perubahan KHD :

1. Kodra keadaan, kodrat keadaan ini dibagi menjadi 2 yaitu kodrat alam dan kodrat zaman, kodrat alam ini adalah terkait dengan alam tempat dmn masyarakat itu berada, seperti digambarkan oleh KHD Kalo alamnya daerah pertanian berbeda dengan daerah pegunungan atau daerah pantai. Sama halnya dengan musim. Jadi ini kodrat alam yg membentuk sebuah kebudayaan kebiasaan sebuah masyarakat, lalu yg kedua kodrat zaman, kodrat zaman itu berarti bahwa walaupun alamnya sama tetapi akan berbeda dari waktu ke waktu,

2. Prinsip melakukan perubahan, ada yg disebut dengan asas trikon (kontiunitas, konvergensi, konsentris). Dalam menerapkan prinsip melakukan perubahan pertama harus kontiunitas artinya kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam bergerak maju ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat. Yg kedua harus konvergensi artinya apa pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Yg ketiga konsentris artinya pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pemelajar.

3. Apa yg berubah, adalah budi pekerti maksudnya ada dua kata disini yaitu budi dan pekerti, menurut KHD budi itu cipta, rasa dan karsa (cipta itu pikiran, rasa itu perasaan dan karsa itu kemauan) dan pekerti itu tenaga atau raga. Pendidikan itu holistik dan seimbang tidak bisa timpang.

Relevansi yg kedua adalah keharusan memandang anak dengan rasa hormat. Berorientasi terhadap anak, artinya menurut KHD sesuai dengan asas taman siswa adalah bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak meminta suatu hak namun berhamba pada sang anak, barhamba di sini sebagai analogi tetapi memiliki kedalaman nilai yg luar biasa bahwa KHD seorang yg di tokohkan orientasi kepada anak ini adalah hal paling utama paling esensial bagi kita para pendidik.

Lalu Bagaimana cara saya memandang diri saya sebagai pembelajar (guru) dan pemelajar (murid) jika dikaitkan dengan pemikiran KHD?

- Untuk menjadi seorang guru jika dikaitkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara maka guru harus selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

- Guru harus menempatkan diri sebagai among atau pembimbing, penasehat, pemberi motivasi dan penuntun segala kodrat anak.

- Selait itu guru juga harus tulus ikhlas mendidik anak sehingga anak menguasai kompetensinya untuk bekal hidupnya di masyarakat.

- Kemudian sebagai pemelajar murid jika dikaitkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa guru itu harus terus belajar mengikuti perubahan zaman, berkarya dan menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang harus terus berkontribusi terhadap masyarakat dan lingkungan.


Demontrasi Kontekstual Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan dan pengajaran bukan hanya untuk sekedar berbagi ilmu atau mendidik anak, tetapi pendidikan pengajaran bentuk upaya untuk memerdekakan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, baik jasmani, rohani, fisik dan mental serta sosialisasi bermasyarakat. Selain itu, KHD menyoroti pentingnya pembentukan karakter anak-anak. Menurutnya, keluarga memainkan peran utama dalam melatih budi pekerti anak-anak. Dengan memahami dan mengimplementasikan pemikiran KHD, pendidik dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang merdeka dan menghasilkan individu berkualitas baik secara intelektual maupun moral.

Relevansi pemikian KHD dengan Pendidikan Indonesia saat ini dan konteks Pendidikan disekolah yang pertama : Pendidikan inklusif, merupakan tantangan utama bagi pendidikan saat ini. Mewujudkan Pendidikan inklusif memberikan kesempatan kepada semua individu termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Pemikiran ini mendorong pendekatan yang lebih humanistik terhadap siswa yang beragam. Yang kedua pengembangan keterampilan lunak, Pendidikan modern juga memerlukan keterampilan lunak seperti pemecahan masalah, komunikasi dan Kerjasama. Yang ketiga Pendidikan berbasis teknologi, teknologi sangat erat kaitannya dengan perkembangan Pendidikan saat ini, karena teknologi sebagai alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari ketiga relevansi pemikiran tersebut dalam konteks Pendidikan disekolah saya secara khusus masih banyak kendala terutama pada pendidik inklusif karena pada dasarnya sekolah kami masih belum memiliki guru khusus untuk Pendidikan inklusif. Meskipun demikian sekolah kami berupaya untuk memaksimalkan pembelajaran khusus bagi anak berkebutuhan khusus.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik bahwa saya telah melaksanakan sesuai dengan pemikiran KHD meskipun saya merasa masih banyak kekurangan dan perlu koreksi diri saya sendiri. saya dapat mengembangkan suatu pembelajaran yang menyenangkan seperti permainan agar dapat menciptakan rasa nyaman dan aman. Dengan demikian agar setiap peserta didik yang dapat saya berikan pengajaran yang diberikan dapat menjadi pribadi yang baik budi pekerti serta akhlaknya.












Klik Link Video ...