Selasa, 16 Juli 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

oleh :

EZA YUDA PRATAMA

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 11 KAB. KARAWANG

SDN DAWUAN BARAT II


Saya akan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru yang saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1 dan menyampaikan pemahaman saya tentang Koneksi Antar Materi.

Koneksi Antar Materi

Peran seorang pendidik dalam pendidikan  adalah "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Karena pada dasarnya setiap anak telah memiliki kodrat alam atau modal untuk berkembang sesuai potensinya. Dalam hal ini KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun.

Ada dua kerangka dasar penting dari intisari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan yaitu Perubahan dan Pendidikan yang berorientasi pada murid. Poin perubahan terdiri dari 3 kerangka dasar yaitu Kodrat Keadaan, Prinsip melakukan perubahan, dan Apa yang berubah?

Kerangka dasar yang pertama, Kodrat Keadaan. Dalam melakukan suatu perubahan, haruslah disesuaikan dengan kodrat keadaan, yang terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. “Kodrat alam” terkait dengan tempat dimana anak itu berada. Anak-anak di lingkungan pertanian atau pegunungan tentunya akan memiliki kodrat yang berbeda dari anak-anak di lingkungan pegunungan. Anak-anak di lingkungan dengan dua musim akan berbeda dengan anak-anak di lingkungan dengan empat musim. “Kodrat Zaman” mengacu pada kondisi zaman saat anak itu lahir. Guru harus menyadari bahwa setiap zaman memiliki situasi dan kesulitan yang berbeda, sesuai dengan sifat alam. Waktu yang dihabiskan guru untuk menjadi murid berbeda dengan waktu yang dihabiskan untuk menjadi guru saat ini. Setiap anak itu memiliki karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda sesuai tempat Dimana anak tersebut berada. Meskipun alamnya sama tetapi akan berbeda dari waktu ke waktu. Anak tahun 90an akan berbeda sikap dan karakternya dengan anak tahun 2000an. Maka dari itu Pendidikan harus terus berubah menjawab tuntuan zamannya.

Kerangka dasar yang kedua, tentang prinsip melakukan perubahan. ada yg disebut dengan asas trikon (kontiunitas, konvergensi, konsentris). Dalam menerapkan prinsip melakukan perubahan pertama harus kontiunitas artinya kita harus melakukan dialog kritis tentang sejarah. Dalam bergerak maju ke depan, kita tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat. Yg kedua harus konvergensi artinya pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Yg ketiga konsentris artinya pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pemelajar.

“Apa yang Berubah” adalah pertanyaan dasar yang ketiga dari kerangka dasar perubahan,  adalah budi pekerti maksudnya ada dua kata disini yaitu budi dan pekerti, menurut KHD budi itu cipta, rasa dan karsa (cipta itu pikiran, rasa itu perasaan dan karsa itu kemauan) dan pekerti itu tenaga atau raga. Pendidikan itu holistik dan seimbang tidak bisa timpang. Jika itu dilakukan dengan benar, akan tercipta kesempurnaan moral yang akan menghasilkan generasi muda yang bijak. Oleh karena itu, kebijaksanaan harus menjadi tujuan dari semua disiplin ilmu.

Fokus pada anak di bagian kedua. Pendidik dan pendidikan harus memperlakukan siswa dengan hormat. Dengan kata lain, semua tindakan dilakukan demi kepentingan pendidikan siswa, baik sekarang maupun di masa depan. Pendidik dalam melaksanakan pendidikan haruslah berprinsip pada Budi Pekerti, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan berasaskan Trilogi Pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang berarti, Di Depan Menjadi Teladan, di Tengah Membangun Semangat, di Belakang Memberikan Dorongan.

Refleksi

Dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya akan menjawab beberapa Pertanyaan pemantik berikut ini:

1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum saya mulai mempelajari Modul 1.1, saya percaya bahwa Murid adalah kertas kosong, sehingga guru dapat bebas memberikan warna apapun sesuai kehendak guru.  Guru dapat memberikan ilmu ke murid dengan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Murid dapat diseragamkan cara belajarnya. Dengan memperhatikan penjelasan guru dan berlatih, murid akan dapat menguasai materi pembelajaran.  Pada pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas saya lebih dominan menguasai kelas. Ketika saya mencoba menggunakan metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa, saya kurang sabar untuk menunggu anak menemukan ide-idenya.

2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari Modul 1.1, saya menjadi sadar bahwa anak bukan merupakan kertas kosong yang dapat diwarnai sesuai kehendak guru, masing-masing anak telah memiliki kodrat alam atau modal. Tugas seorang pendidik adalah menuntunnya agar ia dapat mengembangkan kodrat alam tersebut sesuai dengan kodrat zaman agar ia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam mendidik, dapat diibaratkan bahwa pendidik adalah seorang petani dan anak merupakan benih tumbuhan yang akan disemai. Petani tidak bisa memaksakan benih jagung akan tumbuh menjadi padi. Cara merawat setiap benih pun tidak bisa diseragamkan. Ia memiliki keunikan sendiri-sendiri.  Untuk mengembangkan potensinya, seorang anak harus diberikan ruang untuk menemukan dan mengembangkan potensinya. Pendidik harus menciptakan pembelajaran yang terpusat pada anak, agar anak dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Karena pada dasarnya anak bukan objek tetapi subjek, maka pendidik dengan suci hati menghamba pada anak. Guru memberikan tuntunan dan bukan paksaan dalam mendidik.  Pendidik menerapkan trilogi pendidikan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dalam menghadapi anak yang berbuat salah atau kurang ada motivasi untuk belajar, tidak boleh menggunakan hukuman fisik, namun dengan menggunakan pendekatan agar anak menyadari kesalahannya, ia juga mengetahui apa resiko dari yang ia lakukan, sehingga ia akan berusaha memperbaiki dirinya.

3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal yang saya lakukan adalah terus belajar. Sebagai pendidik saya akan berliterasi mencari referensi bagaimana mengembangkan pembelajaran berkualitas yang berpusat pada anak. Selain itu saya berusaha menggali potensi anak dengan mengintensifkan komunikasi antara guru, anak, dan orang tua. Dengan komunikasi yang baik diharapkan kendala yang dihadapi anak dan guru dalam pembelajaran dapat teratasi dengan baik dengan menerapkan prinsip keadilan, artinya tidak merugikan salah satu pihak. Berikutnya saya membuat komitmen/ kesepakatan awal dengan anak dalam proses pembelajaran. Dengan adanya komitmen, semua pihak dapat menjalani proses dengan penuh keikhlasan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran saya akan mengakhiri dengan adanya refleksi untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.

Salah satu aksi nyata yang telah saya laksanakan diantaranya: saya hadir dan keluar kelas sesuai jadwal pelajaran. Melaksanakan pembiasaan berapresiasi, baik kepada siswa dan juga antar siswa. Menerapkan rasa saling asah, asih dan asuh. Pembiasaan sadar untuk saling memaafkan, saling menghormati, bertutur kata dan bersikap sesuai dengan norma dan tata krama. Memperkuat seni budaya lokal dan nasional dalam pembelajaran, diantaranya bersama-sama menyanyikan lagu daerah di setiap awal pembelajaran. Memberikan kebebasan siswa dalam mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka masing-masing. Siswa lebih merdeka dan lebih bahagia mengerjakan tugas tersebut dari apabila mengerjakan tugas yang harus sama semuanya baik cara maupun metode yang digunakan siswa.

Aksi nyata yang saya lakukan untuk sekolah diantaranya adalah: Saya berusaha sebaik mungkin untuk bersikap, bertutur kata, dan berpenampilan sesuai dengan aturan dan tata tertib serta budaya sekolah.

Demikian kesimpulan Koneksi Antar Materi dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang telah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada modul 1.1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar